Laman

Masa Depan yang Gemilang

Seorang anak hidup di sebuah kota yang cukup dikenal, Yogyakarta. Anak tersebut lahir dari keluarga yang berada. Geri, itulah panggilannya. Anak yang sangat aktif, ceria, dan jiwa sosialnyalah yang membuatnya dikenal se-antero jagat. Namun itu semua tidak membuatnya pintar dalam urusan pelajaran sekolah. Nilai tesnya kerap kali buruk. Tak jarang ia mendapatkan nilai berbentuk kursi terbalik. Terkadang ia pun merasa aneh, karma apa yang telah menimpanya, sehingga tak ada satu nilaipun yang memuaskan hatinya.
Suatu hari, hasil ulangan bahasa inggris dibagikan. Sebelum namanya disebut untuk pengambilan lembar jawaban, hatinya gelisah sekali, karena dia sangat tak yakin dengan ulangan itu, karena pelajaran itu adalah pelajaran yang sangat ia tidak sukai, ditambah lagi tak ada persiapan sedikipun darinya. Dan saat lembar itu di genggamnya, hatinya hancur seketika, ingin mati rasanya mendapatkan nilai berbentuk bebek, yakni 2.
Merupakan sebuah budaya di keluarganya, bahwa setiap hasil ulangan harus di perlhatkan pada ibu-bapaknya. Pikirannya tak henti dibuuat pusing karena nilai itu, ia ragu untuk memberitakannya. Dalam pikirannya, jika bapaknya tahu, ia akan mendapatkan banyak masalah. Mulai dari dimarahi, dibentak, bahkan bisa lebih parah lagi. Akhirna dia memutuskan untuk menyembunyikannya. Ditaruhnya, ulangan di bawah rak kaos kaki keluarga.
Mungkin kali ini dia sedang tidak beruntung. Usahanya terbongkar, ketika sang kakak, Ferdi sedang mencari kaos kaki kesayangannya. Ferdi membongkar rak tersebut, kemudian dia menemukan sebuah kertas yang sepertinya dia kenal. Dan ketika itu Ferdi segera membawanya ke depan bapaknya. Seketika suasana saat itu jadi mencengangkan. “Gery ! Gery ! Kesini kamu!” Bapaknya memanggil Gery dengan suara dan nada yang tinggi. Terkejut mendengar panggilan itu, Gery pun beranjak dari tempat duduknya dan segera belari dari kamar untuk menghampiri panggilan itu. Kaget, cemas, takut, perasaannya kacau bukan kepalang. Belum juga sampai di hadapan sang bapak, ia sudah tertembak ucapan-ucapan yang menggores hatinya. Maklum, sifat bapaknya yang keras, membuat tutur katanya sangat tajam. Seperti sebuah tombak yang bisa menembus dinding beton. Bentak sang bapak, “Apa ini? Apa-apaan kamu selama ini? Malu sekali bapak punya anak yang nilai ulangannya 2, kamu sekolah untuk apa sih Ger? Di sekolah itu belajar, bukan banyak main”. mendengar ucapan itu ibunya manangis, tak kuat menahan kesedihan, hati Gery pun luluh melihatnya, dan dia segera memegang tangannya sambil meneteskan air mata.”ini juga! ibu bukan ngedidik anaknya supaya pinter. Apa perlu bapak berhenti kerja Cuma buat ini? buat ngedidik Gery?”, sang bapak melanjutkan. Ibu menanggapi, ”sudah pak, sudah, kasihan pak anak kita, mungkin dia punya masalah di sekolahnya, atau mungkin masalah di rumah”. “oh jadi ibu membela Gery? Bapak tidak ingin menjatuhkan Gery, tapi bapak ingin Gery bisa berpikir, agar dia menyadari betapa paentingnya hal ini untuk masa depannya.” sahut bapak.
Akhinya setelah sempat merenung, Gery pun angkat bicara ”bu.. pak.. maafin Gery.. Gery belum bisa jadi anak yang bapak inginkan, Gery tau bapak inginnya punya anak yang pinter, gak seperti Gery yang sekarang, sekali lagi maafin Gery. Saya bakal berusaha jadi anak yang bapak dambakan..”. bapaknya pun terdiam dan beranjak meninggalkan termpat itu.
Keesokan harinya Gery pergi sekolah seperti biasanya. Di sekolah, saat jam pelajaran sedang berlangsung , Gery malah bermain-main dengan temannya. Mereka bermain katapel di dalam kelas. Namun di tengah asyiknya bermain, ia teringat dengan kata-kata bapaknya, sehingga iapun berhenti. Setelah itu, Ia berusaha memperhatikan gurunya, dengan tiba-tiba sebuah peluru katapel mendarat di satu bola matanya. “Aww.. adduhh.. sakit sekali.. “ teriaknya. Rasanya seperti dihantam sebuah batu, sakit sekali. Seketika itu panglihatannya kabur, sebelah matanya berair dan merah darah. Kasihan dia, tak ada seorang pun, yang meghiraukannya.
Jam pelajaran pun selesai, semua siswa pulang kerumahnya masing-masing. Gery pulang dengan keadaan yang tak baik. Kepalanya pusing sekali akibat kejadian tadi. Sesampainya di rumah, ia mengeluh pada ibunya, dia bilang bahwa besok ia tidak akan sekolah. Ternyata sakitnya berlanjut, ia demam tinggi, dan tak bisa masuk selama 2 minggu. Saat sedang sendiri di tempat tidur, ia merenungkan dirinya. ‘Ya Allah, kumohon.. anggaplah aku ini sebagai hamba-Mu. Hamba yang serba kekukurangan dan bodoh, karena itu pintarkanlah aku Ya Allah.. agar aku dapat bermanfaat dan menyenangkan hati bapak dan ibuku.. amin” itulah doa yang sempat terucap di bibirnya. Sudah genap 14 hari ia berdiam diri di rumah, tiba-tiba di hari ini datanglah seorang temannya, Wina. Wina adalah teman sekelas Gery, ia sosok perempuan yang peduli dan berkasih sayang terhadap teman. Dia datang menemui Gery untuk menengoknya. Sapa Wina, “ assalamu’alaikum, gimana kabarnya Ger?”, “oh udah agak mendingan Win, besok juga kayaknya saya udah mulai sekolah. Saya ketinggalan pelajaran jauh ya Win?” ucap Gery. Wina menjawab dengan intonasi yang meyakinkan,”nggak kok Ger, masih bisa disusul ! tenang aja, saya pasti siap ngebantu kok”.”oh makasih banyak Win sebelumnya, saya beruntung punya temen kayak kamu..”
Esoknya, Gery bersiap-siap untuk pergi sekolah. Kondisi kesehatannya sudah agak mendingan untuk memulai aktifitas di sekolah. Sungguh, hari ini ada yang beda dengan hari-hari lainnya. Seorang Gery sekarang lebih serius. Seperti kacang lupa pada kulitnya, dia melupakan kebiasaan yang sering dilakukannya, yaitu bermain saat pelajaran. Gery aktif sekali bertanya seputar pelajaran. Kebetulan sekali minggu depan adalah ujian tengah semester. Ia punya harapan besar yang ingin dicapainya. Ia ingin masuk ranking 5 besar di kelasnya, walaupun terasa tak mungkin. Untuk mewujudkannya, Gery setiap hari menyempatkan waktu untuk belajar bersama Wina. Dari situlah motivasi bertambah, selain membuktikan kepada bapaknya, tapi juga bersaing dengan teman baiknya, Wina.
Sepekan ujian pun berlalu, setiap hari ia berdoa untuk hasil yang memuaskan. Pembagian raport dimulai. “Gery masuk rangking !! Gery rangking 5 !!”, mendengar itu, semuuanya terkejut histeris, sempat tak percaya. Gery tersungkur sujud, bentuk syukur pada Sang Pencipta. Ia langsung menemui Wina untuk berterima kasih kepadanya. Sahut Gery ”Win ! Makasih banyak ya atas semua yang telah Wina berikan, semoga Wina dapat merasakan kebahagiaan ini..”,”Sama-sama Ger! Wina juga ikut senang Gery masuk ranking, walaupun Wina sendiri kurang beruntung, ga masuk rangking” jawab Wina. “ Aduh Win maaf, bukan maksud Gery buat nyakitin Wina. Ya ambil hikmahnya aja, setiap orang pasti bakal ngerasain posisi di atas da di bawah.. tetep semangat ya!”,tutur Gery menyemangati.
Dengan hati yang gembira, Gery memberikan raport itu kepada orang tuanya. Setelah melihat itu, sang bapak memeluknya dengan erat sambil berbisik kepadanya, “selamat ya nak, kamu udah nyenegin hati bapak. Maafin bapak ya kalau udah nyakitin hati kamu, tetap semangat tuk menggapai masa depan yang gemilang!”.