Laman

Sel-Sel Darah


                                              
            Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam cairan yang disebut plasma. Dalam arti luas, darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Secara fungsional pun darah merupakan jaringan pengikat dalam arti menghubungkan seluruh bagian dalam tubuh sehingga merupakan integritas.
            Apabila darah dikeluarkan dari tubuh maka segera terjadi bekuan yang terdiri atas unsur berbentuk dan cairan kuning jernih yang disebut serum. Serum sebenarnya merupakan plasma tanpa fibrinogen (protein). Apabila pembekuan dicegah maka perbandingan antara unsur berbentuk yang sebagian besar merupakan sel-sel darah merah, dan plasma adalah sekitar 40%-50% pada lelaki dewasa. Perbandingan ini tergantung pada jenis kelamin dan umur individu.

Komposisi Plasma
            Plasma adalah larutan yang mengandung substansi dengan berat molekul rendah atau tinggi, yang merupakan 10% dari volumenya. Protein plasma mencakup 7% dari volume dan garam organiknya sebesar 0,9%; sisa volume sebesar 10% terdiri atas beberapa senya organik—misalnya asam amino, vitamin, hormon, lipoprotein—dari berbagai asal.
            Melalui dinding kapiler, unsur plasma dengan berat molekul renadah berada dalam keseimbangan dengan cairan intersitisial jaringan. Komposisi plasma biasanya merupakan indikator dari komposisi rata-rata cairan ekstrasel pada umumnya.
            Protein plasma utama adalah albumin; alfa, beta, dan gamma globulin; lipoprotein, dan protein yang berpartisipasi dalam pembekuan darah, seperti protrombin dan fibrinogen. Albumin, unsur yang terbanyak ditemui, mempunyai peran fundamental dalam mempertahankan tekanan osmotik darah.

Eritrosit
            Eritrosit (sel darah merah), yang tidak memiliki inti, dipenuhi oleh protein hemoglobin pembawa O2. Dalam keadaan normal, sel-sel ini tidak pernah keluar dari sistem sirkulasi.
            Kebanyakan eritrosit mamalia merupakan cakram bikonkaf  tanpa inti. Bila dimasukkan ke dalam medium isotonik, eritrosit manusia berdiameter 7,5µm, dengan tebal di bagian tepi sebesar 2,6µm, dan tebal di pusat sebesar 0,8µm. Bentuk bikonkaf eritrosit menyebabkan tingginya rasio luas pemukaan terhadap volume, yang mempermudah pertukaran gas.


Gambar 1. Eritrosit
Konsentrasi eritrosit normal dalam darah kira-kira 3,9-5,5 juta per mikroliter pada pada wanita dan 4,1-6 juta per mikroliter pada pria.
            Eritrosit cukup fleksibel, yakni suatu ciri yang memungkinkannya beradaptasi dengan ketidak-teraturan bentuk kapiler dan diameter kapiler yang kecil. Pengamatan secara in vivo menunjukkan bahwa saat melewati sudut percabangan kapiler, eritrosit dengan hemoglobin dewasa (HbA) berubah bentuk dengan mudah dan sering berbentuk mirip mangkuk.
            Eritrosit dikelilingi oleh plasemalema; karena mudah didapat, membran inti adalah membran yang paling terkenal dari semua sel. Membran ini terdiri atas lebih kurang 40% lipid, 50% protein, dan 10% karbohidrat. Sekitar separuh protein memenuhi lapisan lipid ganda dan dikenal sebagai protein integral membran. Beberapa protein perifer berhubungan dengan permukaan dalam membran eritrosit. Satu protein pada permukaan membran eritrosit adalah spektrin sitoskelet, yang menghubungkan beberapa komponen membran dengan unsur sitoskelet lainnya, dan membentuk jaringan yang memperkuat membran eritrosit. Anyaman ini juga memungkinkan timbulnya fleksibitas membran, yang diperlukan agar dapat terjadi perubahan-perubahan besar pada bentuk eritrosit saat melalui kapiler. Karena eritrosit tidak kaku, nilai viskositas darah biasanya tetap rendah.
            Di bagian dalamnya, eritrosit mengandung 33% larutan hemoglobin, yakni protein membawa O2 yang menyebabkan eritrosit bersifat asidofilik. Selain itu, terdapat enzim glikosis dan jalur heksosa-monofofat-shunt pada metabolisme glukosa.
            Hemoglobin berturut-turut membentuk oksihemoglobin atau karbominohemoglobin bila bergabung dengan O2 atau CO2. Reversibilitas kombinasi  ini merupakan dasar bagi kemampuan pengangkutan gas dari hemoglobin. Akan tetapi, kombinasi hemoglobin dengan karbonmonoksida (karboksi-hemoglobin) tidak reversibel dan berakibat penurunan kapasitas pengangkutan.  

Leukosit
            Leukosit (sel darah putih) mempunyai fungsi utama dalam sistem pertahanan. Untuk mengungkapkan keadaan kesehatan tubuh melalui sel-sel leukosit perlu diperhatikan mengenai morfologinya dan jumlahnya.
            Sebenarnya leukosit merupakan kelompok sel dari bebrapa jenis sel. Untuk klasifikasinya didasarkan pada morfologi inti dan adanya struktur khusus pada sitoplasmanya.
            Berdasarkan ada tidaknya butir-butir dalam sitoplasma dibedakan menjadi granulosit dan agranulosit.

Granulosit
            Leukosit ini merupakan jenis yang paling banyak terdapat dalam darah sekitar 75%. Ciri khas dari granulosit yaitu adanya butir-butir spesifik yang mengikat zat warna dalam sitoplasmanya. Berdasarkan reaksi butir-butir terhadap zat warna dan ukurannya, maka granulosit dibedakan menjadi netrofil, eosinofil, dan basofil.

Neutrofil
            Neutrofil merupakan 60-70% dari leukosit yang beredar. Diameternya 12-15µm, dengan inti yang terdiri atas 2-5 (biasanya 3) lobus yang dihubungkan oleh benang kromatin halus.





Gambar 2. Neutrofil

            Sitoplasma neutrofil mengandung 2 jenis granul utama. Granul yang lebih banyak adalah granul spesifik, yang terlihat kecil, dekat ambang resolusi mikroskop cahaya.
            Populasi granul kedua dalam neutrofil terdiri atas granul azurofil, yang merupakan lisosom berdiameter 0,5 µm. Neutrofil juga mengandung glikogen di dalam sitoplasmanya.
            Glikogen dirombak menjadi glukosa untuk menghasilkan energi melalui jalur glikolisis dari oksidasi glukosa. Siklus asam sitrat kurang berperan penting, seperti yang diduga karena sedikitnya mitokondria dalam sel-sel ini. Kesanggupan neutrofil bertahan hidup dalam lingkungan anaerob sangat menguntungkan, karena dapat mematikan bakteri dan membantu membersihkan debris di daerah yang miskin olsigen, misalnya jaringan peradangan, atau jaringaan.
            Neutrofil adalah sel berumur pendek dengsn waktu paruh 6-7 jam dalam darah dan memiliki jangka hidup selama 1-4 hari dalam jaringsn ikat, tempat leukosit menemui ajalnya melalui apoptosis. Neutrofil adalah sel fagosit yang aktif terhadap bakteri dan partikel kecil lainnya. Neutrofil tidak aktif dan berbentuk bulat saat beredar, namun memperlihatkan pergerakan ameboid aktif saat sel ini melekat pada sunstrat padat, seperti kolagen adalam matriks esktrasel.  

Eosinofil
            Jumlah eosinofil sebesar 2-4% dari seluruh leukosit atau 150-450 buah per mm3 darah. Ukurannya berdiameter 10-15µm, sedikit lebih besar dari netrofil. Intinya biasanya hanya terdiri atas 2 lobi yang dipisahkan oleh bahan inti yang sebagai benang. Butir-butir kromatinnya tidak begitu padat kalau dibandingkan dengan netrofil.
            Sitoplasmanya berisi penuh dengan butir-butir dalam netrofil sedang warnanya merah atau oranye. Ukuran butir-butir spesifik tersebut berdiameter antara 0,5-1µm.
Gambar 3. Eosinofil
            Eosinofil mempunyai kaitan erat dengan peristiwa alergi, karena sel-sel ini ditemukan dalam jarngan yang mengalami reaksi alergi. Pada orang yang menderita infeksi cacing seringkali banyak diketemukan eosinofil pada darahnya. Terkumpulnya sel-sel eosinofil dalam jaringan seringkali karena proses kemotaksis oleh zat-zat yang dihasilkan oleh mastosit.

Basofil
            Jenis sel ini terdapat paling sedikit di antara sel granulosit yaitu sekitar 0,5%. Ukurannya sekitar 10-12µ sama besar dengan netrofil. Kurang lebih separuh dari sel dipenuhi oleh inti yang bersegmen-segmen atau kadang-kadang tidak teratur. Kemampuan inti mengikat warna kurang lebih sama dengan inti netrofil.
            Butir-butir spesifik yang berwarna biru tua dan kasar tampak memenuhi sitoplasma, bahkan seakan-akan menimbun inti sehingga tidak mudah untuk mempelajari intinya. Dalam banyak hal, butir-butir biru tersebut mempunyai kesamaa dengan butir-butir dalam mastosit. Oleh karena itu, sebagian peneliti menduga bahwa mastosit dalam jaringan berasal dari sel-sel basofil dalam darah. Butir-butir biru itupun mengandung diantaranya histamin yang berperan dalam proses alergi atau anfilaksis.
Gambar 4. Basofil

Agranulosit
            Leukosit yang termasuk kategori agranulosit yaitu limfosit dan monosit. Berbeda dengan granulosit jenis sel dari kategori agranulosit tidak mempunyai butir-butir spesifik, namun dengan pewarnaan Romanovsky terlihat pula butir-butir azurofil seperti dalam sel-sel granulosit muda.

Limfosit
            Limfosit dalam darah berukuran sangat bervariasi sehingga dibedakan menjadi limfosit kecil (7-8µm), limfosit sedang, limfosit besar (12µm). Limfosit mempunyai jumlah yang terbanyak kedua setelah netrofil, yaitu sekitar 1000-3000 per mm3 darah atau 20-30% dari seluruh leukosit. Di antara 3 jenis limfosit, limfosit kecil terdapat yang paling banyak.
            Limfosit mempunyai kedudukan yang penting dalam sistem imunitas tubuh , sehingga sel-sel tesebut tidak saja terdapat dalam darah, tetapi juga dalam jaringan khusus yang dinamakan jaringan limfoid. Berbeda dengan sel-sel leukosit yang lain, limfosit setelah dilepaskan dari sumsum tulang belum dapat berfungsi secara penuh karena harus mengalami diferensiasi lebih lanjut. Apabila sudah masak sehingga mampu berperan dalam respons imunologik, maka sel-sle tersebut dinamakan sebagai sel Imunokompeten.
            Limfosit kecil yang terdapat paling banyak mempunyai inti bulat. Intinya tampak gelap karena kromatinnya berkelompok dan tidak tampak nukleolus. Sitoplasmanya yang sedikit tampak mengelilingi inti sebagai cincin berwarna biru muda. Kadang-kadang sitoplasmanya tidak jelas mungkin karena butir-butir azurofil yang berwarna ungu. Limfosit kecil kira-kira berjumlah 92% dari seluruh limfosit dalam darah.


Gambar 5. Limfosit
           



Limfosit dapat beredar antara peredaran darah dan jaringan limfoid atau sebaliknya. Kemampuan ini tidak dimiliki oleh jenis sel darah lainnya, karena sekali mereka keluar dari peredaran darah tidak akan dapat kembali lagi.

Monosit
            Jenis sel agranulosit ini berjumlah sekitar 3-8% dari seluruh leukosit. Sel ini merupakan sel yang terbesar di antara sel leukosit karena diameternya sekitar sekitar 12-15µm. Bentuk inti dapat berbentuk oval, seperti tapal kuda atau tampak seakan-akan terlipat. Butir-butir kromatinnya lebih halus dan tersebar rata dari pada butir kromatin limfosit. Pada sediaan biasa sulit menemukan nukleolus.
Gambar 6. Monosit
Sitoplasma monosit bergerak dengan membentuk pseudopodia sehingga dapat bermigrasi menembus kapiler untuk masuk kedalam jaringan pengikat. Dalam jaringan mereka masih mempunyai kemampuan membela diri. Selain berfungsi fagositosis, makrofag dapat berperan menyampaikan antigen kepada limfosit untuk bekerja sama dalam sistem imun.


Trombosit       
Trombosit adalah fragmen sel mirip cakram dan tak berinti, dengan garis   tengah 2-4µm. Trombosit berasal dari fragmentasi megakariosit poliploid raksasa yang ada di sumsum tulang. Trombosit mempermudah pembekuan darah dan membantu memperbaiki celah dalam dinding pembuluh darah, yang mencegah kehilangan darah. Nilai normal trombosit berkisar dari 200.000 sampai 400.000 per mikroliter darah. Jangka hidup trombosit dalam darah sekitar 10 hari.
                        Gambar 7. Leukosit, eritrosit, trombosit
Trombosit mengandung suatu sistem saluran, yaitu sistem kanalikuli terbuka, yang berhubungan dengan invaginasi membran plasma trombosit. Susunan ini agaknya bermakna fungsional dalam memudahkan pembebasan molekul aktif yang tersimpan di dalam trombosit. Di sekitar tepian trombosit, terdapat berkas marginal mikrotubulus, yang membantu mempertahankan bentuk trombosit yang lonjong. Pada hialomer terdapat pula sejumlah tabung berbentuk tak teratur yang padat elektron, dan dikenal sebagai sistem tubular padat. Molekul aktin dan miosin dalam hialomer dapat menyusun suatu sistem kontraktil yang berfungsi menimbulkan pergerakan dan agregasi trombosit. Suatu selubung setebal15-20nm di sel yang kaya akan glikosaminoglikan dan glikoprotein, terletak di luar plasmalema dan terlibat dalam adhesi trombosit.
Granulomer sentral memiliki berbagai granul berbatas membran dan sedikit mitokondria dan partikel glikogen. Badan padat (glanula delta) yang berdiameter 250-300nm, mengandung ion kalsium, dan meyimpan serotonin (5-hidroksitriptamin) dari plasma. Granula alfa sedikit lebih besar, memiliki garis tengah 300-500nm, dan mengandung fibrinogen, platelet-derived growth factor, dan beberapa protein spesifik trombosit hanya mengandung enzim lisosom dan disebut granula lambda. Kebanyakan granul azurofilik yang tampak dengan mikroskop cahayadalam granulomer trombosit adalah granula alfa.
Peran rombosit dalam mengontrol sistem darah.
Agregasi primer—Diskontinuitas endotel, yang diakibatkan cedera, diikuti oleh agregasi trombosit pada kolagen yang terpapar, melalui protein pengikat kolagen pada membran trombosit. Jadi, terbentuk sumbatan trombosit sebagai langkah pertama untuk menghentikan pendarahan.
 Agregasi sekunder—Trombosit pada sumbatan tersebut, melepaskan suatu glikoprotein adhesif dan ADP. Keduanya adalah pemicu agregasi trombosit yang kuat, yang akan menambah ukuran sumbatan trombosit.
Koagulasi darah—Selama agrgasi trombosit terjadi, faktor dari plasma darah, pembuluh darah yang rusak, dan trombosit memudahkan terjadinya rentetan (kaskade) interaksi dari sekitar 13 protein plasma, yang memghasilkan suatu polimer, yakni fibrin, yan membentuk jalinan serat 3 dimensi yang menjerat sel-sel darah nerah, leukosit, dan trombosit untuk membentuk suatu bekuan darah, atau trombus.
Retraksi bekuan—Bekuan darah yang tadinya menonjol ke dalam lumen pembuluh darah berkerut karena adanya interaksi dari aktin, miosin trombosit, dan ATP.
Penghancur bekuan—Ketika dilindungi oleh bekuan, dinding pembuluh yang rusak mengalami restorasi melalui pembentukan jaringan baru. Bekuan tersebut kemudian dihancurkan, treutama oleh enzimproteolitik plasmin, yang dibentuk oleh aktivasi proenzim plasma plasminogen yang diproduksi oleh endote penghasil aktivator plasminogen. Enzim yang dibebaskan dari granula lambda trombosit juga ikut menghancurkan bekuan.






GIGI PREMOLAR KEDUA BAWAH



Kronologi
Kalsifikasi awal : 2 ¼ - 2 ½ tahun
Mahkota lengkap : 6 – 7 tahun
Erupsi : 11 – 12 tahun
Akar lengkap : 13 – 14 tahun

Keterangan umum
Ia gigi kelima dari garis tengah dan mandisulla serta membantu fungsi premolar pertama bawah dalam menghancurkan makanan. Tetapi berbeda dengan premolar atas, terlihat perbedaan morfologi yang jelas:
1.      premolar kedua bawah lebih besar
2.      sebagian besar gigi ini mempunyai 3 cuspis ketimbang 2 cuspis cuspis
3.      cuspis lingual lebih tinggi, yang menyebabkan inklinasi lingual lebih dangkal pada permukaan oklusal (30° dari bidang horizontal ketimbang 45°)
4.      profil oklusal lebih segiempat ketimbang sirkular.
Kedua premolar bawah memiliki akar tunggal, tetapi premolar kedua bawah cenderung agak lebih panjang dan lebih kekar. Potongan melintangnya kurang lebih bundar (sirkular) dan mempunyai apeks kerucut tumpul, yang membengkok ke distal. Berbeda dari premolar pertama bawah, tidak ada alur longitudinal pada akar.

Pandangan Bukal
            Cusp bukal lebih pendek daripada cusp bukal premolar pertama dan tidak begitu meruncing. Akarnya lebih penajang. Permukaan-permukaan lainnya sama.
Wow(322).jpg

Pandangan Lingual
            Permukaan ini sebaliknya dari permukaan bukal. Cusp lingual terlihat di bawah cusp bukal, cusp mesio-lingual lebih besar daripada cusp disto-lingual.
Wow(323).jpg

Pandangan Mesial
            Permukaan ini sama dengan permukaan mesial premolar pertama bawah dengan perbedaan-perbedaan sebagi berikut:
1.      groove developmentalmesia-lingual tidak ada
2.      Ridge marginal lebih tinggi
3.      Cusp lingual lebih besar daripada cusp lingual premolar pertama.

Wow(324).jpg
Pandangan Distal
            Permukaan ini sebaliknya dari permukaan mesial, kadang-kadang semi cusp dapat terlihat.
Wow(325).jpg

Pandangan Oklusal
            Permukaan ini berbeda sekali dengan premolar pertama bawah:
1.      Daerah kontaknya lebih lebar dan rata.
2.      GI nya empat persegi
3.      Pit sentral, dimana groove-groove developmental bertemu, terletak distal dari pusatnya.
4.      Mesio-lingual cusp lebih besar dari disto-lingual cusp.
Wow(326).jpg
http://www.uic.edu/classes/orla/orla312/PreMandTwo.gif

Sumber:
Anatomi Gigi, Drg. Ny. Itjiningsih W.H, Penerbit Buku Kedokteran EGC :1995
Morfologi Gigi, Geoffrey C van Beek. Penerbit Buku Kedokteran EGC
Wheeler’s Dental Anatomy, Physiology, and Occlusion. Saunders: St. Louis, Missouri

Gigi Insisivus Pertama Permanen Bawah



Gambar 1.1  Letak Insisivus Pertama Permanen Bawah
            Gigi insisivus pertama bawah adalah gigi pertama di rahang bawah, kanan atau kiri garis tengah. Pada umumnya, gigi ini adalah gigi yang paling kecil dalam lingkung gigi. Lebar koronanya sedikit lebih besar dari setengah ukuran mesio distal insisivus pertama atas, tetapi lebar labip-lingualnya hanya bih kecil 1mm. Perbaikan tidak mudah pada gigi ini, tetapi untungnya, gigi ini jarang sekali perlu diperbaiki. Akarnya satu, sempit mesio-distal, panjang akarnya hamper sama dengan insisivus pertama atas, dan apeksnya bengkok ke distal.
gambar 1.2  Pandangan Labial, Lingual, Incisal, Mesial, dan Distal Gigi Insisivus Sentral Permanen Bawah Kanan

  • Pandangan Labial
Permukaan ini rata sekali dan sederhana gl nya, meruncing dari sudut mesio/disto-insisal ke apeks akar. Edge insisalnya lurus, sudut mesio-insisal tajam dan sudut disto-insisal bulat.
Karena bentuknya, gigi ini berkontak dengan gigi sebelahnya erat sekali dengan edge insisal sehingga bila edge ini aus karena pemakaian, maka sudut mesio-insisal dan daerah kontak  menjadi satu dengan sedikit atau tidak ada ruang embrasure. Gl akar akan tersusun gl korona, dengan bagian sepertiga apical yang meruncing dan bengkok ke distal pada daerah apeks.
  • Pandangan Lingual
Gl-nya kebalikan dari permukaan labial, hanya garis servikal lingual terletak ± ½ mm lebih ke arah apikal, sehingga permukaan ini lebih panjang ½ mm.
  • Pandangan Mesial
Gl labial dari crest labial ke edge insisal hamper lurus. Gl lingual dari titik pertemuan korona dan akar cembung, cekung, cembung, sehingga korona terlihat langsing pada bagian sepertiga tengah dan bagian sepertiga insisal.
Edge bundar dan terletak lingual dari poros gigi, hal ini merupakan perbedaan antara gigi ini dengan gigi depan atas, kecuali hawk bill incisor.
Garis servikal melengkung ke insisal, ± 1/3 panjang korona. Gl akar pada bagian sepertiga servikal dan tengah dari servikal ke bawah lurus. Sedang pada bagian sepertiga apikal, gl meruncing ke bawah dengan apeks yang bundar pada poros gigi.
  • Pandanga Distal
Gl nya kebalikan gl mesial, hanya garis servikal tidak melengkung ke insisal, yaitu 1 mm lebih pendek.
  • Pandangan Insisal
Permukaan ini simetris; gl mesial sama dengan gl distal. Edge insisal tegak lurus dengan garis yang membagi korona labio-lingual.
Cara Menggambar Gigi Incisivus Pertama Permanen Bawah Kanan

GIGI PREMOLAR KEDUA ATAS



Kronologi
Kalsifikasi awal : 2 – 2 ½ tahun
Mahkota lengkap : 6 – 7 tahun
Erupsi : 10 – 12 tahun
Akar lengkap : 12 – 14 tahun

Keterangan umum
            Gigi premolar kedua atas merupakan gigi kelima dari garis tengah maxilla, dan mirip dengan premolar pertama atas pada banyak keadaan, sehingga dapat dianjurkan membandingkan kedua gigi ini ketimbang menelitinya secara terpisah. Tetapi terdapat beberapa perbedaan penting:
1.      Premolar kedua atas lebih kecil dengan mahkota lebih membulat
2.      Fisura perkembangan mesiodistal tidak memotong marginal ridge mesial
3.      Tidak ada fossa canina
4.      Bentuk mahkota lebih simetris dengan kedua cuspis yang terletak di tengah yang berhubungan satu sama lain dan sama tinggi
5.      Premolar kedua atas hamper selalu mempunyai akar tunggal.
Akar lebih panjang daripada kedua akar premolar pertama atas dan cuspis tidak tinggi, yang menyebabkan mahkota tampak lebih pendek. Kedua factor ini membuat proporsi akar sangant berbeda diantara dua gigi ini.
Dari permukaan bukal, cuspis bukal premolar kedua atas tampak serupa, tetapi lebih kecil dan lebih membulat yang menggambarkan caninus atas. Lereng distal cuspis ini ( seperti caninus ), lebih panjang daripada mesial dan merupakan penuntun bermanfaat untuk menunjukka asal gigi.
Suatu pola dapat dilihat pada premolar atas maupun caninus atas bila dilihat dari permukaan bukal. Ia membuat pembedaan pada lereng cuspis bukal yang lebih diingat. Pada caninus atas, premolar pertama atas, lereng mesial cuspis masing-masing pendek, panjang, pendek. Juga lereng distal panjang, pendek, panjang.

Ciri identifikasi umum
1.      Dua cuspis, satu palatas da satu bukal; dengan ukuran setara dan lebih dangkal daripada premolar pertama atas.
2.      Tidak ada fossa canina – permukaan mesial cembung.
3.      Bagian oklusal oval.
4.      Akar tunggal, mendatar mesiodistal – lebih panjang daripada premolar pertama atas.
5.      Lereng mesial cuspis bukal lebih pendek daripada lereng distal – tepat berlawanan dengan keadaan pada premolar pertama atas tetapi sama dengan caninus atas.
6.      Fissure mesiodistal oklusal tidak memotong ‘marginal ridge’ mesial. Cenderung mempunyai fissure dan alur tambahan.

Variasi
            Mahkota bias melebar keluar atau meruncing ke dalam dari cervix. Seperti caninus atas, kadang-kadang bias terlihat cuspis tambahan pada lereng distal cuspis bukal.
            Bisa terdapat alur tambahan dangkal, yang berjalan dari fissure sentral. Sangat jarang akar memperlihatkan kecenderungan berbifurkasi dan mengikuti bentuk akar premolar atas pertama (tidak lebih dari 10%).
            Suatu variasi yang jarang terjadi pada bentuk mahkota adalah adanya 3 cuspis. Ia disebut molarisasi. Di samping dua cuspis yang normalnya ada, yaitu cuspis bukal (paraconus) dan cuspis palatal (protoconus), terlihat cuspis ketiga, yang terletak distopalatal (hypoconus).



Wow(317).jpg
Pandangan bukal

Wow(318).jpg
Pandangan lingual
Wow(319).jpg
Pandangan mesial

Wow(320).jpg
Pandangan distal
Wow(321).jpg
Pandangan oklusal

http://www.uic.edu/classes/orla/orla312/PreMaxTwo.gif


Sumber :
Geoffrey C. van Beek, Morfologi Gigi, Penerbit bukukedokteran EGC (gak ada tahun produksinya
Wheeler’s Dental Anatomy , Physiology, and Occlusion. Penerbit Saunders, St. Louis, Missouri

GIGI KANINUS RAHANG ATAS TETAP



3.1.    Keterangan Umum
Posisi gigi ini terletak pada sudut mulut, di sebelah gigi seri, dan merupakan gigi yang paling panjang dalam rongga mulut. Fungsinya adalah untuk mengoyak makanan. Jumlahnya ada 4, dengan pembagian 2 di tiap rahang, 1 di kiri dan 1 di kanan. Gigi susu kaninus ini diganti dengan gigi kaninus permanen pada usia 11 – 13 tahun.
Gigi kaninus merupakan gigi kedua setelah gigi molar ketiga yang berfrekuensi tinggi untuk mengalami impaksi. Meskipun demikian gigi anterior di rahang atas lainnya seperti gigi insisivus pertama dan kedua rahang atas juga dapat mengalami kesulitan tumbuh akibat terletak salah di dalam rahang. Posisi gigi kaninus yang impaksi terletak di daerah palatal lengkung gigi.
Kaninus/canine/cuspid adalah gigi ketiga dari garis tengah, dan satu-satunya gigi di rahang yang mempunyai satu cusp. Gigi ini diberi nama kaninus karena pertumbuhan gigi ini pada binatang carnivorous baik sekali sebab mempunyai akar terpanjang dan terbesar sehingga gigi ini kuat sekali. Koronanya adalah korona yang terpanjang di dalam mulut dan berbentuk baik sekali baik kekuatan terhadap stress dan pemakaian maupun kebersihan. Pada umumnya gigi ini adalah gigi terakhir yang akan tanggal, kadang kala masih tetap di spasi ranhang sesudah gigi lainnya hilang. Sering kali dipakai untuk pegangan dari geligi tiruan. Karena posisinya dalam rahang, panjang dan angulasi akarnya maka gigi kaninus menjadi struktur yang penting dari muka, yang memberi karakater, kekuatan dan kecantikan (Corner-stone).
Gigi kaninus tetap pertama rahang atas, mempunyai satu cups akar yang panjang, ukuran labio lingual lebih lebar dari incisivus1 dan incisivus2 RA dan mempunyai bentuk yang mudah dibersihkan.


3.2.    Kronologi
Mulai kalsifikasi          4-5 bln
Email lengkap            6-7 thn
Erupsi                          11-12 thn
Akar lengkap               13-15 thn

3.3.    Bidang-Bidang Permukaannya
Gambar 3.1.  Permukaan-Permukaan Gigi Caninus Tetap Rahang Atas Kanan
Gambar 3.2. Permukaan Labial, Palatal dan Insisal Gigi Kaninus Tetap Atas Kiri
3.3.1.      Labial
Gambar 3.3. Permukaan Labial Gigi Kaninus Tetap Rahang Atas Kiri

Kurva yang dibentuk oleh garis servikal lebih sempit dari pada I1, karena akarnya lebih langsing pada permukaan ini. Akarnya panjang, meruncing dan biasanya melengkung ke distal pada apexnya. Gl. Mesial dari korona konfeks dengan crestnsnya pada batas bagian sepertiga tengah insisal di mana C berkontak dengan I2, gl. Ini menuju ke ujung cusp dan bertemu pada poros gigi. Gl. Distal sedikit konkaf dari perbatasan akar dan korona kedaerah kontak yang menjadi crest  distal dari kurva itu. Crest ini terletak pada bagian sepertiga tengah panjang korona. Titik ini berkontak dengan permukaan mesial dari P1.
·         Puncak cups ada di tengah-tengah mahkota
·         Mempunyai labial ridge yang menonjol dari cervical ke incisal
·         Di kiri dan kanan ada lekukan
·         Pada cuspnya lereng mesial lebih pendek dari lereng distal
·         Titik kontak di mesial 1/3 panjang mahkota dan distal ½ panjang mahkota

3.3.2.      Palatal
Gambar 3.4.  Permukaan Palatal Gigi Kaninus Rahang Atas Tetap Kiri

Permukaan ini sebaliknya dari permukaan labial. Singulum, ridge marginal dan ridge tranversal/palatal mengecil ke ujung  cusp.
·               Permukaan palatinal mahkota dan akar lebih kecil dari permukaan labial
·               Mempunyai cingulum yang besar
·               Garis cervix hampir lurus dan pendek
·               Mempunyai mesio marginal ridge, disto marginal ridge, dan palatinal ridge yang berjalan dari cingulum ke puncak cusp
·               Antara ridge terdapat palatinal fossa
·               Permukaan mesial dan distal terlihat

3.3.3.      Mesial
Gambar 3.5. Permukaan Mesial Gigi Kaninus Tetap Rahang Atas Kiri
Bentuk permukaan ini seperti bentuk gigi insisivus hanya agak cembung. Koronanya meruncing dari crest curve labial dan palatal ke ujung cusp. Ukuran labio-palatal lebih besar sehingga koronanya menjadi lebih kuat dan tebal. Sebaliknya gl. Labial sedikit konfeks dari crest labial ke ujung cusp.
Ujung cusp ini terletak labial dari poros gigi. Hal ini adalah suatu tanda yang spesifik dari cuspid atas. Sebagian gl. Palatal konkaf, kemudian konfeks dari crest curve pada singulum ke ujung cusp. Gl. Akar seperti kerucut yang bundar, dari garis servikal ke apeks seringkali apeks akar terletak labial dari poros gigi. Kurva garis servikal melengkung ¼ panjang korona.
·         Puncak cusp tidak pada pertengahan akar, agak lebih ke labial
·         Garis cervical melengkung ke incisal +- 2 ½ mm
·         Jarak labio palatinal lebih besar dari gigi anterior lain
·         Bagian terlebar terletak di daerah cingulum

3.3.4.      Distal
Gambar 3.6.  Permukaan Distal Gigi Kaninus Tetap Rahang Atas Kiri
Permukaan ini berlawanan dengan permukaan mesial, hanya garis servikalnya tidak begitu melengkung ke insisal.
·         Garis cervical +- 1 ½ mm ke incisal
·         Permukaan distal lebih sempit dari mesial
·         Pada akar ada depression yang jelas

3.3.5.      Insisal
Gl.nya terdiri dari beberapa garis-garis lengkung : garis lengkung  mesial, labial, palatal dan distal. Garis yang menunjukan ujung cusp dan lereng insisal terletak labial dari pusat. Ujung cusp terletak pada garis yang membagi garis lengkung labial dan palatal.
·         Permukaan labial lebih besar dari permukaan palatinal
·         Jarak labio palatinal lebih besar dari mesio distal