Laman

Sel-Sel Darah


                                              
            Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam cairan yang disebut plasma. Dalam arti luas, darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Secara fungsional pun darah merupakan jaringan pengikat dalam arti menghubungkan seluruh bagian dalam tubuh sehingga merupakan integritas.
            Apabila darah dikeluarkan dari tubuh maka segera terjadi bekuan yang terdiri atas unsur berbentuk dan cairan kuning jernih yang disebut serum. Serum sebenarnya merupakan plasma tanpa fibrinogen (protein). Apabila pembekuan dicegah maka perbandingan antara unsur berbentuk yang sebagian besar merupakan sel-sel darah merah, dan plasma adalah sekitar 40%-50% pada lelaki dewasa. Perbandingan ini tergantung pada jenis kelamin dan umur individu.

Komposisi Plasma
            Plasma adalah larutan yang mengandung substansi dengan berat molekul rendah atau tinggi, yang merupakan 10% dari volumenya. Protein plasma mencakup 7% dari volume dan garam organiknya sebesar 0,9%; sisa volume sebesar 10% terdiri atas beberapa senya organik—misalnya asam amino, vitamin, hormon, lipoprotein—dari berbagai asal.
            Melalui dinding kapiler, unsur plasma dengan berat molekul renadah berada dalam keseimbangan dengan cairan intersitisial jaringan. Komposisi plasma biasanya merupakan indikator dari komposisi rata-rata cairan ekstrasel pada umumnya.
            Protein plasma utama adalah albumin; alfa, beta, dan gamma globulin; lipoprotein, dan protein yang berpartisipasi dalam pembekuan darah, seperti protrombin dan fibrinogen. Albumin, unsur yang terbanyak ditemui, mempunyai peran fundamental dalam mempertahankan tekanan osmotik darah.

Eritrosit
            Eritrosit (sel darah merah), yang tidak memiliki inti, dipenuhi oleh protein hemoglobin pembawa O2. Dalam keadaan normal, sel-sel ini tidak pernah keluar dari sistem sirkulasi.
            Kebanyakan eritrosit mamalia merupakan cakram bikonkaf  tanpa inti. Bila dimasukkan ke dalam medium isotonik, eritrosit manusia berdiameter 7,5µm, dengan tebal di bagian tepi sebesar 2,6µm, dan tebal di pusat sebesar 0,8µm. Bentuk bikonkaf eritrosit menyebabkan tingginya rasio luas pemukaan terhadap volume, yang mempermudah pertukaran gas.


Gambar 1. Eritrosit
Konsentrasi eritrosit normal dalam darah kira-kira 3,9-5,5 juta per mikroliter pada pada wanita dan 4,1-6 juta per mikroliter pada pria.
            Eritrosit cukup fleksibel, yakni suatu ciri yang memungkinkannya beradaptasi dengan ketidak-teraturan bentuk kapiler dan diameter kapiler yang kecil. Pengamatan secara in vivo menunjukkan bahwa saat melewati sudut percabangan kapiler, eritrosit dengan hemoglobin dewasa (HbA) berubah bentuk dengan mudah dan sering berbentuk mirip mangkuk.
            Eritrosit dikelilingi oleh plasemalema; karena mudah didapat, membran inti adalah membran yang paling terkenal dari semua sel. Membran ini terdiri atas lebih kurang 40% lipid, 50% protein, dan 10% karbohidrat. Sekitar separuh protein memenuhi lapisan lipid ganda dan dikenal sebagai protein integral membran. Beberapa protein perifer berhubungan dengan permukaan dalam membran eritrosit. Satu protein pada permukaan membran eritrosit adalah spektrin sitoskelet, yang menghubungkan beberapa komponen membran dengan unsur sitoskelet lainnya, dan membentuk jaringan yang memperkuat membran eritrosit. Anyaman ini juga memungkinkan timbulnya fleksibitas membran, yang diperlukan agar dapat terjadi perubahan-perubahan besar pada bentuk eritrosit saat melalui kapiler. Karena eritrosit tidak kaku, nilai viskositas darah biasanya tetap rendah.
            Di bagian dalamnya, eritrosit mengandung 33% larutan hemoglobin, yakni protein membawa O2 yang menyebabkan eritrosit bersifat asidofilik. Selain itu, terdapat enzim glikosis dan jalur heksosa-monofofat-shunt pada metabolisme glukosa.
            Hemoglobin berturut-turut membentuk oksihemoglobin atau karbominohemoglobin bila bergabung dengan O2 atau CO2. Reversibilitas kombinasi  ini merupakan dasar bagi kemampuan pengangkutan gas dari hemoglobin. Akan tetapi, kombinasi hemoglobin dengan karbonmonoksida (karboksi-hemoglobin) tidak reversibel dan berakibat penurunan kapasitas pengangkutan.  

Leukosit
            Leukosit (sel darah putih) mempunyai fungsi utama dalam sistem pertahanan. Untuk mengungkapkan keadaan kesehatan tubuh melalui sel-sel leukosit perlu diperhatikan mengenai morfologinya dan jumlahnya.
            Sebenarnya leukosit merupakan kelompok sel dari bebrapa jenis sel. Untuk klasifikasinya didasarkan pada morfologi inti dan adanya struktur khusus pada sitoplasmanya.
            Berdasarkan ada tidaknya butir-butir dalam sitoplasma dibedakan menjadi granulosit dan agranulosit.

Granulosit
            Leukosit ini merupakan jenis yang paling banyak terdapat dalam darah sekitar 75%. Ciri khas dari granulosit yaitu adanya butir-butir spesifik yang mengikat zat warna dalam sitoplasmanya. Berdasarkan reaksi butir-butir terhadap zat warna dan ukurannya, maka granulosit dibedakan menjadi netrofil, eosinofil, dan basofil.

Neutrofil
            Neutrofil merupakan 60-70% dari leukosit yang beredar. Diameternya 12-15µm, dengan inti yang terdiri atas 2-5 (biasanya 3) lobus yang dihubungkan oleh benang kromatin halus.





Gambar 2. Neutrofil

            Sitoplasma neutrofil mengandung 2 jenis granul utama. Granul yang lebih banyak adalah granul spesifik, yang terlihat kecil, dekat ambang resolusi mikroskop cahaya.
            Populasi granul kedua dalam neutrofil terdiri atas granul azurofil, yang merupakan lisosom berdiameter 0,5 µm. Neutrofil juga mengandung glikogen di dalam sitoplasmanya.
            Glikogen dirombak menjadi glukosa untuk menghasilkan energi melalui jalur glikolisis dari oksidasi glukosa. Siklus asam sitrat kurang berperan penting, seperti yang diduga karena sedikitnya mitokondria dalam sel-sel ini. Kesanggupan neutrofil bertahan hidup dalam lingkungan anaerob sangat menguntungkan, karena dapat mematikan bakteri dan membantu membersihkan debris di daerah yang miskin olsigen, misalnya jaringan peradangan, atau jaringaan.
            Neutrofil adalah sel berumur pendek dengsn waktu paruh 6-7 jam dalam darah dan memiliki jangka hidup selama 1-4 hari dalam jaringsn ikat, tempat leukosit menemui ajalnya melalui apoptosis. Neutrofil adalah sel fagosit yang aktif terhadap bakteri dan partikel kecil lainnya. Neutrofil tidak aktif dan berbentuk bulat saat beredar, namun memperlihatkan pergerakan ameboid aktif saat sel ini melekat pada sunstrat padat, seperti kolagen adalam matriks esktrasel.  

Eosinofil
            Jumlah eosinofil sebesar 2-4% dari seluruh leukosit atau 150-450 buah per mm3 darah. Ukurannya berdiameter 10-15µm, sedikit lebih besar dari netrofil. Intinya biasanya hanya terdiri atas 2 lobi yang dipisahkan oleh bahan inti yang sebagai benang. Butir-butir kromatinnya tidak begitu padat kalau dibandingkan dengan netrofil.
            Sitoplasmanya berisi penuh dengan butir-butir dalam netrofil sedang warnanya merah atau oranye. Ukuran butir-butir spesifik tersebut berdiameter antara 0,5-1µm.
Gambar 3. Eosinofil
            Eosinofil mempunyai kaitan erat dengan peristiwa alergi, karena sel-sel ini ditemukan dalam jarngan yang mengalami reaksi alergi. Pada orang yang menderita infeksi cacing seringkali banyak diketemukan eosinofil pada darahnya. Terkumpulnya sel-sel eosinofil dalam jaringan seringkali karena proses kemotaksis oleh zat-zat yang dihasilkan oleh mastosit.

Basofil
            Jenis sel ini terdapat paling sedikit di antara sel granulosit yaitu sekitar 0,5%. Ukurannya sekitar 10-12µ sama besar dengan netrofil. Kurang lebih separuh dari sel dipenuhi oleh inti yang bersegmen-segmen atau kadang-kadang tidak teratur. Kemampuan inti mengikat warna kurang lebih sama dengan inti netrofil.
            Butir-butir spesifik yang berwarna biru tua dan kasar tampak memenuhi sitoplasma, bahkan seakan-akan menimbun inti sehingga tidak mudah untuk mempelajari intinya. Dalam banyak hal, butir-butir biru tersebut mempunyai kesamaa dengan butir-butir dalam mastosit. Oleh karena itu, sebagian peneliti menduga bahwa mastosit dalam jaringan berasal dari sel-sel basofil dalam darah. Butir-butir biru itupun mengandung diantaranya histamin yang berperan dalam proses alergi atau anfilaksis.
Gambar 4. Basofil

Agranulosit
            Leukosit yang termasuk kategori agranulosit yaitu limfosit dan monosit. Berbeda dengan granulosit jenis sel dari kategori agranulosit tidak mempunyai butir-butir spesifik, namun dengan pewarnaan Romanovsky terlihat pula butir-butir azurofil seperti dalam sel-sel granulosit muda.

Limfosit
            Limfosit dalam darah berukuran sangat bervariasi sehingga dibedakan menjadi limfosit kecil (7-8µm), limfosit sedang, limfosit besar (12µm). Limfosit mempunyai jumlah yang terbanyak kedua setelah netrofil, yaitu sekitar 1000-3000 per mm3 darah atau 20-30% dari seluruh leukosit. Di antara 3 jenis limfosit, limfosit kecil terdapat yang paling banyak.
            Limfosit mempunyai kedudukan yang penting dalam sistem imunitas tubuh , sehingga sel-sel tesebut tidak saja terdapat dalam darah, tetapi juga dalam jaringan khusus yang dinamakan jaringan limfoid. Berbeda dengan sel-sel leukosit yang lain, limfosit setelah dilepaskan dari sumsum tulang belum dapat berfungsi secara penuh karena harus mengalami diferensiasi lebih lanjut. Apabila sudah masak sehingga mampu berperan dalam respons imunologik, maka sel-sle tersebut dinamakan sebagai sel Imunokompeten.
            Limfosit kecil yang terdapat paling banyak mempunyai inti bulat. Intinya tampak gelap karena kromatinnya berkelompok dan tidak tampak nukleolus. Sitoplasmanya yang sedikit tampak mengelilingi inti sebagai cincin berwarna biru muda. Kadang-kadang sitoplasmanya tidak jelas mungkin karena butir-butir azurofil yang berwarna ungu. Limfosit kecil kira-kira berjumlah 92% dari seluruh limfosit dalam darah.


Gambar 5. Limfosit
           



Limfosit dapat beredar antara peredaran darah dan jaringan limfoid atau sebaliknya. Kemampuan ini tidak dimiliki oleh jenis sel darah lainnya, karena sekali mereka keluar dari peredaran darah tidak akan dapat kembali lagi.

Monosit
            Jenis sel agranulosit ini berjumlah sekitar 3-8% dari seluruh leukosit. Sel ini merupakan sel yang terbesar di antara sel leukosit karena diameternya sekitar sekitar 12-15µm. Bentuk inti dapat berbentuk oval, seperti tapal kuda atau tampak seakan-akan terlipat. Butir-butir kromatinnya lebih halus dan tersebar rata dari pada butir kromatin limfosit. Pada sediaan biasa sulit menemukan nukleolus.
Gambar 6. Monosit
Sitoplasma monosit bergerak dengan membentuk pseudopodia sehingga dapat bermigrasi menembus kapiler untuk masuk kedalam jaringan pengikat. Dalam jaringan mereka masih mempunyai kemampuan membela diri. Selain berfungsi fagositosis, makrofag dapat berperan menyampaikan antigen kepada limfosit untuk bekerja sama dalam sistem imun.


Trombosit       
Trombosit adalah fragmen sel mirip cakram dan tak berinti, dengan garis   tengah 2-4µm. Trombosit berasal dari fragmentasi megakariosit poliploid raksasa yang ada di sumsum tulang. Trombosit mempermudah pembekuan darah dan membantu memperbaiki celah dalam dinding pembuluh darah, yang mencegah kehilangan darah. Nilai normal trombosit berkisar dari 200.000 sampai 400.000 per mikroliter darah. Jangka hidup trombosit dalam darah sekitar 10 hari.
                        Gambar 7. Leukosit, eritrosit, trombosit
Trombosit mengandung suatu sistem saluran, yaitu sistem kanalikuli terbuka, yang berhubungan dengan invaginasi membran plasma trombosit. Susunan ini agaknya bermakna fungsional dalam memudahkan pembebasan molekul aktif yang tersimpan di dalam trombosit. Di sekitar tepian trombosit, terdapat berkas marginal mikrotubulus, yang membantu mempertahankan bentuk trombosit yang lonjong. Pada hialomer terdapat pula sejumlah tabung berbentuk tak teratur yang padat elektron, dan dikenal sebagai sistem tubular padat. Molekul aktin dan miosin dalam hialomer dapat menyusun suatu sistem kontraktil yang berfungsi menimbulkan pergerakan dan agregasi trombosit. Suatu selubung setebal15-20nm di sel yang kaya akan glikosaminoglikan dan glikoprotein, terletak di luar plasmalema dan terlibat dalam adhesi trombosit.
Granulomer sentral memiliki berbagai granul berbatas membran dan sedikit mitokondria dan partikel glikogen. Badan padat (glanula delta) yang berdiameter 250-300nm, mengandung ion kalsium, dan meyimpan serotonin (5-hidroksitriptamin) dari plasma. Granula alfa sedikit lebih besar, memiliki garis tengah 300-500nm, dan mengandung fibrinogen, platelet-derived growth factor, dan beberapa protein spesifik trombosit hanya mengandung enzim lisosom dan disebut granula lambda. Kebanyakan granul azurofilik yang tampak dengan mikroskop cahayadalam granulomer trombosit adalah granula alfa.
Peran rombosit dalam mengontrol sistem darah.
Agregasi primer—Diskontinuitas endotel, yang diakibatkan cedera, diikuti oleh agregasi trombosit pada kolagen yang terpapar, melalui protein pengikat kolagen pada membran trombosit. Jadi, terbentuk sumbatan trombosit sebagai langkah pertama untuk menghentikan pendarahan.
 Agregasi sekunder—Trombosit pada sumbatan tersebut, melepaskan suatu glikoprotein adhesif dan ADP. Keduanya adalah pemicu agregasi trombosit yang kuat, yang akan menambah ukuran sumbatan trombosit.
Koagulasi darah—Selama agrgasi trombosit terjadi, faktor dari plasma darah, pembuluh darah yang rusak, dan trombosit memudahkan terjadinya rentetan (kaskade) interaksi dari sekitar 13 protein plasma, yang memghasilkan suatu polimer, yakni fibrin, yan membentuk jalinan serat 3 dimensi yang menjerat sel-sel darah nerah, leukosit, dan trombosit untuk membentuk suatu bekuan darah, atau trombus.
Retraksi bekuan—Bekuan darah yang tadinya menonjol ke dalam lumen pembuluh darah berkerut karena adanya interaksi dari aktin, miosin trombosit, dan ATP.
Penghancur bekuan—Ketika dilindungi oleh bekuan, dinding pembuluh yang rusak mengalami restorasi melalui pembentukan jaringan baru. Bekuan tersebut kemudian dihancurkan, treutama oleh enzimproteolitik plasmin, yang dibentuk oleh aktivasi proenzim plasma plasminogen yang diproduksi oleh endote penghasil aktivator plasminogen. Enzim yang dibebaskan dari granula lambda trombosit juga ikut menghancurkan bekuan.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar