Laman

07. Suhaib bin Sinan

Assalamu’alaikum wr wb..
Pada sharing sahabat kali ini, saya akan coba mengenalkan sahabat Suhaib bin Sinan kepada ikhwan sekalian. Sahabat ini memang tidak sepopuler Bilal, Ammar maupun Ali. Tapi pada kisahnya terkandung banyak hikmah pelajaran yang bisa diambil..
Sejarah hidupnya berliku. Dilahirkan dalam lingkungan yang penuh kesenangan dan kemewahan karena ayahnya adalah seorang pejabat dari kerajaan Persia, salah satu kerajaan terbesar dunia ketika itu. Namun karena penyerangan yang dilakukan oleh bangsa Romawi kepada Persia, beberapa orang menjadi tawanan dan menjadi budak yang diperjualbelikan. Dan begitulah, Suhaib bin Sinan kecil ikut menjadi salah satu budak yang diperjual belikan. Tumbuh besar di lingkungan Romawi bahkan logat bicaranya pun menjadi logat bicara orang Romawi. Perjalanan panjangnya sebagai budak yang diperjual belikan, atas izin Alloh Suhaib bin Sinan sampai ke kota Mekkah.
Walaupun menjadi budak, kecerdasan, kerajinan, dan kejujuran Suhaib tidaklah berkurang. Hal inilah yang menjadikan majikannya senang sampai majikannya mau untuk memerdekakannya dan diberikan kesempatan untuk berniaga bersama majikannya. Dari perniagaan ini, Suhaib bin Sinan beroleh kesuksesan yang menjadikannya salahsatu hartawan di kota Mekkah..
Ketika Nabi Muhammad dibangkitkan, tertariklah hati Suhaib untuk mendengarkan langsung apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Keislamannya berbarengan dengan keislaman Ammar bin Yasir. Yaitu ketika keduanya saling bertemu di muka pintu rumah Arqom untuk bersama-sama mendengarkan apa yang dibawa oleh Muhammad. Hidayah Alloh menerangi hatinya dan Suhaib dengan penuh kesadaran menjadi pengikut Nabi Muhammad. Begitulah, Suhaib termasuk golongan yang mula masuk Islam dengan penuh kesadaran akan tugas dan tanggung jawabnya.
Kesadaran yang tinggi dan kecintaan Suhaib kepada Rosululoh dan Dien Islam dari Suhaib ini, bisa dilihat dari kata-katanya:
““Tiada suatu perjuangan bersenjata yang diterjuni Rosululloh SAW, kecuali pastilah aku menyertainya ….
Dan tiada suatu bai’at yang dijalaninya, kecuali tentulah aku menghadirinya ….
Dan tiada suatu pasukan bersenjata yang dikirimnya kecuali aku termasuk sebagai anggota rombongannya..
Dan tidak pernah belian bertempur baik di masa-masa perrtama Islam atau di masa-masa akhir, kecuali aku berada di sebelah kanan atau di sebelah kirinya ….
Dan kalau ada sesuatu yang dikhawatirkan Kaum Muslimin di hadapan mereka pasti aku akan menyerbu paling depan, demikian pula kalau ada yang dicemaskan di belakang mereka, pasti aku akan mundur ke belakang….
Serta aku tidak sudi sama sekali membiarkan Rosululloh SAW saw berada dalam jangkauan musuh sampai ia kembali menemui ALLOH SWT.”

Pembuktian keimanan Suhaib bin Sinan ini mencapai puncaknya ketika Suhaib melepas seluruh apa yang ia miliki, ketika beliau berhijrah dari Mekah ke Madinah.
Ketika Rosululloh SAW hendak pergi hijrah, Shuhaib mengetahuinya, dan menurut rencana ia akan menjadi orang ketiga dalam hijrah tersebut, di samping Rosululloh SAW dan Abu Bakar …. Tetapi orang-
orang Quraisy telah mengatur persiapan di malam harinya untuk mencegah kepindahan Rosululloh SAW.
Shuhaib terjebak dalam salah satu perangkap mereka, hingga terhalang untuk hijrah untuk sementara waktu, sementara Rosululloh SAW dengan shahabatnya berhasil meloloskan diri atas barkah ALLOH SWT Ta’ala.
Shuhaib berusaha menolak tuduhan Quraisy dengan jalan bersilat lidah, hingga ketika mereka lengah ia naik ke punggung untanya, lalu dipacunya hewan itu dengan sekencang-kencangnya menuju Sahara luas. Tetapi Quraisy mengirim pemburu-pemburu mereka untuk menyusulnya dan usaha itu hampir berhasil. Tapi demi Shuhaib melihat dan berhadapan dengan mereka ia berseru katanya:
“Hai orang-orang Quraisy! Kalian sama mengetahui bahwa saya adalah ahli panah yang paling mahir . 
. . . Demi ALLOH SWT, kalian takkan berhasil mendekati diriku, sebelum saya lepaskan semua anak panah yang berada dalam kantong ini, dan setelah itu akan menggunakan pedang untuk menebas kalian, sampai 
senjata di tanganku habis semua! Nah, majulah ke sini kalau kalian berani … Tetapi kalau kalian setuju, saya akan tunjukkan tempat penyimpanan harta bendaku, asal saja kalian membiarkan daku … !
Mereka sama tertarik dengan tawaran terakhir itu, dan setuju menerima hartanya sebagai imbalan dirinya, kata mereka: “Memang, dahulu waktu kamu datang kepada kami, kamu adalah seorang miskin lagi papa. Sekarang hartamu menjadi banyak di tengah-tengah kami hingga melimpah ruah. Lalu kami hendak membawa pergi bersamamu semua harta kekayaan itu … ? Shuhaib menunjukkan tempat disembunyikan hartanya itu, hingga mereka membiarkannya pergi sedang mereka kembali ke Mekah.

Shuhaib melanjutkan lagi perjalanan hijrahnya seorang diri tetapi berbahagia, hingga akhirnya berhasil menyusul Rosululloh SAW saw. Di Quba. Waktu itu Rosululloh SAW sedang duduk dikelilingi oleh 
beberapa orang shahabat, ketika dengan tidak diduga Shuhaib mengucapkan salamnya. Dan demi Rosululloh SAW melihatnya, beliau berseru dengan gembira:
“Beruntung perdaganganmu, hat Abu Yahya! Beruntung perdaganganmu, hai Abu Yahya!”
Dan ketika itu juga turunlah ayat: “Dan di antara manusia ada yang sedia menebus dirinya demi mengharapkan keridlaan ALLOH SWT, dan ALLOH SWT Maha penyantun terhadap hamba-hambaNya!
(Q.S.2 al-Baqarah:207)

Keistimewaan Suhaib bin Sinan yang menonjol terletak pada kedermawanannya. Baginya harta bukanlah sesuatu yang harus dicintai secara berlebihan. Suhaib tidak segan memberikan seluruh apa yang dimilikinya untuk saudara-saudara seimannya yang membutuhkan. Suhaib melakukan itu tentu bukan karena nafsunya, tapi semata-mata hendak memenuhi firman Alloh SWT: Dan diberihannya makanan yang disukainva kepada orang miskin, anak yatim dan orang tawanan. (Q.S.76 ad-Dahr:8)

Keistimewaan Suhaib bin Sinan ini memperoleh tempat tersendiri di hati Khalifah Umar bin Khattab. Bahkan sang amirul mukminin menunjuk Suhaib sebagai imam sholat sembari menunggu khalifah yang baru yang akan menggantikan khalifah Umar. Pesan khalifah Umar dan  kata-kata akhirnya kepada para shahabat, katanya: “Hendaklah Shuhaib menjadi imam Kaum Muslimin dalam shalat … ! “

Demikian kisah Suhaib bin Sinan, salah satu sahabat Rosululloh yang terbaik karena kesolehannya. Walaupun di awal kedatangannya di tanah Mekkah adalah sebagai budak. Kesolehan dan kecintaannya kepada Alloh, rosulNya dan dien Islam telah menghantarkannya kepada derajat yang tertinggi di hadapan Alloh. Semoga kita semua bisa meneladani beliau di dalam mewujudkan cinta kepada Alloh, rosulNya dan dien Islam.
Wallohu ‘Alam bi Showab, Wassalamu’alaikum wr wb..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar